Minggu, 20 Januari 2013

Permusuhan Adam alaihis salam -Bapak Manusia- dengan Iblis

Sebelum manusia ada, dulu Allah menciptakan Adam ‘alaihis salam, yang nantinya merupakan bapak semua manusia. Setelah Allah menciptakan Adam ‘alaihis salam, Allah memerintahkan kepada para malaikat dan Iblis untuk sujud kepada Adam ‘alaihis salam.

Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Kitab Ighatsul Lahafan mengkisahkan:
“Sesungguhnya Allah ketika memerintahkan Iblis untuk sujud kepada Adam ‘alaihis salam. Dimana dalam ketaatan Iblis kepada Allah itu ada kebahagian, kegembiraan, kemuliaan, dan keselamatannya. Kemudian kejahilan yang gelap menjadikan diri Iblis memandang indah bahwa di dalam sujudnya kepada Adam ada kerendahan dan kehinaan dirinya. Karena dia tunduk dan tersungkur sujud kepada orang yang diciptakan dari tanah, sedangkan dirinya diciptakan dari api. Dan api menurut keyakinannya lebih mulia daripada tanah, sehingga makhluk yang diciptakan dari api lebih baik dari makhluk yang diciptakan dari tanah. dan ketundukan orang yang lebih mulia kepada orang yang dibawahnya adalah kerendahan dan kehinaan bagi dirinya.

Ketika kepandiran ini bangkit di dalam hatinya, dan rasa dengki kepada Adam menemaninya -karena Allah Robbnya telah mengkhususkan dia dengan berbagai macam kemuliaan; bahwa Allah menciptakan Adam dengan tangan-Nya, Allah meniupkan ruh-Nya  kepada Adam, kemudian Allah memerintahkan para malaikat bersujud kepada Adam, Allah mengajari nama segala sesuatu kepada Adam, Allah memberikan keistimewaan kepada Adam dengan pengajaran itu, dan Allah menempatkan Adam di surga-Nya. Ketika itu, rasa dengki sangat mempengaruhi musuh Allah, Iblis. 

Dan dulu musuh Allah itu mengelilingi Adam saat Adam masih menjadi tanah kering seperti tembikar. Iblis merasa heran dengan Adam. Dia berkata: “Untuk suatu perkara yang besar diciptakan ini. Jika dia diberi kekuasaan Allah atasku, aku akan mendurhakainya. Jika aku diberi kekuasaan atasnya, aku akan membinasakannya.” 

Ketika sempurna penciptaan Adam ‘alaihis salam dalam perawakan yang paling bagus, dan bentuk yang paling sempurna dan paling bagus. Sempurna kebaikan-kebaikan Adam yang bathin dengan ilmu dan ketenangan yang disertai dengan kehati-hatian. Dan Allah mengurusi penciptaan Adam dengan tangan-Nya. Sehingga Adam datang sebagai makhluk yang paling baik, dan bentuk yang paling sempurna, tingginya 60 hasta. Adam telah diberi pakaian dari selendang keindahan dan kebagusan serta pemuliaan dan keelokan. 

Sehingga para malaikat melihat suatu pemandangan yang belum pernah mereka saksikan lebih bagus dan lebih indah darinya. Sehingga semua malaikat tersungkur sujud kepada Adam dengan perintah Robb meeka. Sedang si pendengki dia tidak mau sujud, dan menyalalah di dalam hatinya api kedengkian yang kuat. Dia berpaling dari nash yang jelas (perintah Allah kepadanya untuk sujud kepada Adam) dengan perkara yang masuk akal menurut dia. Seperti perbuatan para wali-walinya (wali setan) dari ahlul bathil. Iblis berkata:
"Aku lebih baik dari dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedang Adam Engkau ciptakan dari tanah." (QS. Al-A’rof: 12)

Kemudian Iblis berpaling dari nash yang jelas, dan menggantinya dengan ro’yu (pendapat, pikiran) yang rusak dan buruk. Kemudian hal itu menyeret Iblis untuk protes kepada Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijak, dimana akal-akal tidak mendapatkan jalan untuk memprotes atas hikmah-Nya. Kemudian Iblis berkata:
"Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil". (QS. Al-Isro’: 62)

Di bawah ucapan protes ini ada sebuah makna: “Beritahulah aku, kenapa Engkau memuliakan dia atasku?”
Di dasar protes ini: "Bahwa yang Engkau (Allah) lakukan tidaklah dengan sebuah hikmah dan tidaklah benar. Hikmah mengharuskan dia untuk sujud kepadaku. Karena orang yang kurang mulia tunduk kepada orang yang lebih mulia. Kenapa Engkau (Allah) menyelisihi hikmah?!”
Kemudian dia mengiringi dengan memuliakan dirinya daripada Adam, dan menghinakan Adam. Sehingga dia berkata: “Aku lebih baik daripada dia (Adam).”
Kemudian Iblis menetapkan hal itu dengan hujjahnya yang menggelincirkan dalam mengutamakan materi dan asal dirinya daripada materi dan asal Adam ‘alaihis salam. Maka pendahuluan-pendahuluan ini melahirkan keengganannya dan tidak maunya untuk sujud dan melahirkan kemaksiatannya kepada Allah.

Sehingga dia menggabungkan antara kebodohan dan kezholiman, kesombongan dan kedengkian dan maksiat, serta penentangan terhadap nash dengan ro’yu dan akal. Sehingga dia menghinakan dirinya dengan serendah-rendahnya padahal dia ingin mengagungkannya. Dia merendahkan dirinya padahal dia ingin meninggikannya. Dia menistakan dirinya padahal dia ingin memuliakannya. Dia menyakiti dirinya sendiri padahal dia ingin untuk menyenangkannya. Maka Iblis melakukan pada dirinya suatu perbuatan yang kalau musuh-musuhnya bersungguh-sungguh untuk membahayakan dia, tentu tidak akan bisa seperti demikian. Maka barangsiapa yang tipuannya terhadap dirinya sendiri, maka bagaimana seorang yang berakal mendengar ucapannya, menerima, dan loyal kepadanya!!
Allah ta’ala telah berfirman:
“Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kalian kepada Adam.” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin. Dia mendurhakai perintah Rabbnya. Patutkah kalian mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai wali-wali selain Aku, padahal mereka adalah musuh kalian? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti Allahbagi orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Kahfi: 50)

Allah telah mengisahkan kepada kita kisah Iblis dengan Adam dan Hawa. Terus-menerus Iblis membuat tipu daya kepada keduanya,  memberikan janji-janji kepada keduanya, dan memberikan angan-angan kepada keduanya untuk kekal di surga. Sampai Iblis bersumpah sungguh-sungguh dengan Allah kepada keduanya bahwa dirinya adalah seorang yang memberi nasehat bagi keduanya. Sampai keduanya merasa tenang terhadap perkataan Iblis. Kemudian keduanya menyambut permintaan Iblis pada keduanya. Sehingga berlangsung pada keduanya ujian dan pengeluaran dari surga dan dilepasnya baju keduanya. Hal itu terjadi dengan tipu daya Iblis dan makarnya. Yang sudah ditulis oleh qolam, dan telah didahului oleh taqdir. Kemudian Allah membalikkan tipu daya Iblis kepada dirinya dan menyusulkan rahmat dan ampunan-Nya kepada keduanya. Kemudian Allah mengembalikan keduanya ke dalam surga dalam keadaan yang lebih baik dan lebih indah. Dan akibat makar Iblis kembali kepada dirinya.
“Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri.” (QS. Fathir: 43)
Musuh Allah itu mengira bahwa kemenangan dan keberhasilan itu bagi dirinya dalam peperangan ini. Dia tidak mengetahui dengan sergapan tentara:
"Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 23)
Dan Iblis tidak mengetahui dengan datangnya kerajaan:
“Kemudian Rabbnya memilih Adam. Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.” (QS. Thaha: 122)
Iblis yang terlaknat mengira dengan kebodohannya bahwa Allah akan meninggalkan Adam, pilihan dan kekasih-Nya, yang Allah ciptakan dengan tangan-Nya, yang Allah tiupkan ruh-Nya pada dirinya, yang Allah perintahkan para malaikat-Nya untuk bersujud kepadanya, dan yang Allah ajari dengan nama segala sesuatu, karena Adam memakan buah terlarang.
Iblis tidak tahu bahwa si dokter telah mengajari orang yang sakit tentang obatnya sebelum dia sakit. Ketika si sakit merasakan sakit, dia bersegera memakai obat itu. Ketika musuhnya memanahnya, dan mengenai bagian yang tidak bisa membunuhnya, si sakit segera mengobati lukanya. Sehingga si sakit bangun seakan belum pernah terjadi sakit.

Sang kekasih Allah diuji dengan sebuah dosa, kemudian dia mengakui dan bertaubat serta menyesal. Dia merendahkan diri, tunduk, dan minta tolong kepada tempat perlindungan makhluk, yaitu tauhid dan istighfar (minta ampun), sehingga dihilangkan kesusahan darinya, diampuni dosanya, taubatnya diterima, dan dibukakan baginya semua pintu rahmah dan hidayah.
Sedangkan kita adalah anak-anak Adam, maka barangsiapa yang meniru bapaknya, maka dia tidaklah zholim. Dan barangsiapa wataknya taubat dan istighfar, maka sungguh telah diberi petunjuk ke watak yang paling baik.”

(Lihat Mawaridul Aman hal. 435-439, Dar Ibnul Jauzi, cet. 5, tahun 1415 H 1995 M)
Selesai nukilan ucapan Ibnul Qayyim rahimahullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar dengan baik